Filosofi Badik pada Sosialisasi 4 Pilar di Bone

Foto: Andi Muawiyah Ramly berlatar belakang kefiatan sosialisasi 4 pilar.

ANALISA BONE •• Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PKB, Andi Muawiyah Ramly melaksanakan sosialisasi Empat Pilar Berbangsa di Kabupaten Bone. Kegiatan tersebut berlangsung di Sekretariat Forbes Anti Narokoba Bone, Gedung Pemuda Bone Jalan Kawerang, Jumat (25/4/2025).

Keguatan tersebut diikuti sekira 150 orang anggota Forbes dan PKB yang menghadirkan pembicara utama Dr. H. Andi Singkeru MH selaku ketua Forbes Bone dan didampingi Sekretaris Forbes Andi Ardiman.

Dalam sambutannya, pria yang akrab disapa Amure itu menjelaskan, sosialisasi empat pilar bangsa merupakan penugasan MPR RI itu adalah Pancasila sebagai ideologi negara, UUD NRI 1945 sebagai konstitusi Negara, NKRI sebagai bentuk negara, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai simbol negara.

“Kegiatan ini dilaksanakan di Sekretariat Forbes Bone karena aktifitas komunitas ini sangat giat melakukan aksi dan advokasi  penolakan peredaran Narkoba,” kata Amure.

Bacaan Lainnya
Baca Juga:  Mahasiswa Geologi ITB Arung Palakka Magang Ke Perusahaan Tambang Kalimantan

Pada kesemotan tersebut, Dr. H. Andi Singke dalam pemaparannya menyebutkan bahwa salah satu ciri kepemimpinan adalah apabila sosok yang memimpin itu dekat dengan orang yang dipimpinnya, tidak ada jarak antara yang pemimpin dan yang dipimpin.

Dosen IAIN Bone tersebut mengambil philosofi sebuah badik, yang terdiri dari hulu dan bilah. Sosok Pemimpin komunitas itu layaknya hulu badik, sedang isi dari bilahnya dari besi dan besi itulah substansi dari badik yang diandaikan sebagai rakyat yang menyatu dengan hulunya. Tak terpisahkan.

Narekko engka keccai panguluE Ceddi Lino wanua messu Makkasirisangngi. Aga lise’na wanuaE? Bessi, iga lise wanua? rakyat, jadi iyatu pangulue  sibawa lise’na wanuaE bessiE masseddiwi, (Bila ada yang mengganggu oemerintah, maka rakyat akan murka. Pemerintah dan rakyat harus menyatu seperti hulu badik dan besinya),” terang Andi Singke.

Dikatakannya, kehadiran Andi Muawiyah Ramly pada kesempatan itu itu bukan sandiwara kepemimpinan. Baginya, Amure selalu dekat dengan rakyat.

“Kalau ada pemimpin yang membuat jarak dengan rakyatnya maka tennia pangulu (bukan pemimpin),” tegasnya.

Baca Juga:  Momen Kemeriahan Gerak Jalan Indah di Momentum HUT RI ke- 78 di Bone

Ditambahkannya, moral dari simbol kepemimpinan ini menjadi tafsir dari lima hal, yaitu kesadaran akan kehadiran sebagai makhluk dari Allah Tuhan Yang Maha Esa yang memanusiakan manusia dalam konteks kemanusian yang adil dan beradab yang dirangkai dalam kohesi kebangsaan dalam Persatuan Indonesia.

“Puncaknya adalah Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaran/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia,” tandasnya. (Alesha)

Pos terkait