Efisiensi Pemakaian Bahan Bakar pada PLTU dengan Menggunakan Metode Least Square

OLEH: Nurhalis Sabir¹, Lisa Salsabila², Suryani³, Andi Abd Halik Lateko 4
1,2,3,4 Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Makassar

email : Nurhalissabir4@gmail.com 1 , Salsajhi75@gmail.com 2 , Suryanibasri@unismuh.ac.id 3 ,
halik@unismuh.ac.id 4

Kata Kunci : Efisiensi Penggunaan Bahan Bakar di PLTU

Abstrak:

Bacaan Lainnya

Memanfaatkan Metode Kuadrat Terkecil, Efektivitas Penggunaan Bahan Bakar Pada Fiksasi PLTU Pada Saran Program dan Sekretaris Program Studi Teknik Kelistrikan Sekolah Muhammadiyah Makassar.

Diselenggarakan oleh Andi Abd Halik Lateko Tj , ST, MT, Ph.D dan Suryani , ST, MT.

Tiga bagian garis besar daya listrik diketahui bahwa kehidupan, transmisi dan transportasi. Sumber Listrik Daya Uap (PLTU) merupakan salah satu jenis sumber daya listrik.

Salah satu variabel yang dapat mempengaruhi seberapa baik kinerja unit Sumber Listrik Daya Uap (PLTU) dalam memenuhi kebutuhan pasokan listrik diketahui bahwa ketersediaan batubara.

Kajian ini bertujuan untuk mengetahui dan melihat harga-harga yang timbul akibat umur sumber listrik berbahan bakar batubara pada PLTU Barru di Kabupaten Barru serta dampak beban tambahan terhadap penggunaan batubara secara jelas, laju panas, pergantian massa batubara , kecepatan dan efisiensi.

Dari hasil perbincangan mengenai cara paling ideal untuk menentukan kecukupan penggunaan bahan bakar pada PLTU dengan memanfaatkan teknik kuadrat terkecil khususnya pada Sumber Listrik Daya Uap, semakin tinggi stack\daya yang dibuat maka penggunaan batubara akan semakin sedikit menjadi Scor rata-rata dihitung menggunakan hasil estimasi (SFC 0,59 kg\kWh dan kuadrat terkecil 0,59 kg\kWh). Hal ini berarti semakin besar kekuatan yang dihasilkan, maka semakin rendah pula tingkat kekuatannya.

Hasil estimasi menunjukkan scor rata-rata ( HR Gross 2,667.50 kCal \kWh dan kuadrat terkecil 2,667.50 kCal \kWh), (Net HR 2,886 kCal \kWh dan kuadrat terkecil 2,872.81 kCal \kWh) dengan laju aliran massa batubara biasa dari satu bulan hingga lainnya sebesar 117,939 ton\jam dan kuadrat terkecil 117,939 ton\jam.

Jadi kapasitas besar yang dihasilkan diketahui bahwa 350 MW, harga pokok pembuatan batu bara diketahui bahwa Rp 397.996 per kWh dan Rp 30,15 miliar per periode. Misalnya saja dengan sumber listrik puncak sebesar 350 MW, diketahui harga SFC B sebesar 0,58 kg\kWh dan harga batu bara sebesar Rp686,20, sehingga harga penghasil pokok sebesar Rp397.996\kWh.

Kata Kunci : Efisiensi Penggunaan Bahan Bakar di PLTU

I. PENDAHULUAN

Secara umum, kemungkinan Sumber Listrik Daya Uap (PLTU) diketahui bahwa sumber listrik yang menggunakan energi mesin uap untuk menyalurkan energi listrik. Bahan bakar yang digunakan untuk membuat uap merupakan sumber energi utama dalam kerangka kogenerasi, sedangkan uap merupakan sumber energi opsional.

Untuk menghasilkan listrik pada sumber listrik daya batubara, batubara yang disimpan dalam tangki pembatas pertama-tama dialirkan ke penghancur batubara melalui tali penarik, kemudian dipecah menjadi potongan-potongan kecil. (Kadir, Abdul, 1996).

Bahan bakar memegang peranan penting dalam penggunaannya pada suatu PLTU karena setiap penambahan beban menyebabkan peningkatan jumlah bahan bakar per satuan waktu, sehingga dapat menyebabkan pemborosan dalam operasional sumber.

Kinerja PLTU juga dipengaruhi oleh total konsumsi bahan bakar (Marno, 2001).
Pengaruh perbedaan besar dalam harga bahan bakar setiap kilowatt jam listrik menciptakan harga kesepakatan (harga listrik) untuk klien. Hasilnya, hal ini sesuai untuk era listrik dan mengantisipasi scor kalor bahan bakar untuk pembakaran.

SFC, atau Pemanfaatan Eksplisit, diketahui bahwa salah satu batasan yang digunakan dalam kerangka umur bahan bakar. Bahan bakar yang dibutuhkan suatu unit PLTU untuk menghasilkan satu kilowatt hour (kg\kWh) diketahui bahwa SFC.

Scor SFC dipengaruhi oleh konsep bahan bakar dan kondisi tangki yang harus dilayani oleh PLTU (Marsudi, Djiteng, 2005).

PLTU biasanya digunakan untuk menangani beban dasar karena waktu permulaannya sangat lama, sekitar 6-8 jam. Konsumsi bahan bakar saat ini merupakan faktor harga pekerjaan yang paling signifikan. Besarnya harga pemanasan minyak juga meningkatkan harga penciptaan listrik.

Daya ekspres sering kali digunakan untuk memberikan gambaran tentang kemampuan generator. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana bahan bakar digunakan (Basuki, Cahyo Adi, 2007).

Dalam upaya terakhir ini, sistem pertunjukan mencakup metodologi kuadrat terkecil untuk pescorannya.

Salah satu upaya yang dilakukan diketahui bahwa dengan mengganti bahan bakar utama genset.

Berdasarkan temuan pengujian, peningkatan daya (beban) selanjutnya menghasilkan peningkatan produktivitas termal, penurunan konsumsi bahan bakar, dan peningkatan aliran massa. Jika dibandingkan batu bara, HSD memiliki aliran massa paling kecil.
Alasan dilakukannya eksplorasi ini diketahui bahwa untuk menentukan efisiensi penggunaan bahan bakar di PLTU dengan menggunakan prosedur kuadrat terkecil.

II TINJAUAN TEORI

A. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
PLTU merupakan sumber yang mengandalkan daya utama uap untuk menyebarkan energi listrik, dan sistem masa sumberannya meliputi uap sebagai fluida yang mampu mengubah energi material menjadi daya listrik.

Uap yang digunakan sebagai cairan berasal dari bahan bakar yang ada di evaporator melalui reaksi senyawa bahan bakar PLTU yang memanaskan air yang dialirkan oleh heater. ( Dedi , Syukran , dan Suryadi , 2007)

Gambar 1. Proses Konversi Energi PLTU
Berikut penjelasan Alur Perubahan Energi PLTU pada Gambar 1:

Pertama, evaporator diisi air sehingga memenuhi seluruh permukaan force exchanger.

Di sini radiator dihangatkan dengan mengonsumsi bahan bakar asap panas di udara, mengubahnya menjadi uap.

Kedua, uap yang dialirkan oleh heater pada regangan dan temperatur tertentu difasilitasi untuk memutar turbin sehingga menghasilkan energi mekanik sebagai revolusi.

Ketiga, generator yang dihubungkan langsung dengan putaran turbin menghasilkan energi listrik karena adanya medan tarik bolak-balik lingkaran, sehingga pada saat turbin berputar, energi listrik dihasilkan pada titik leleh generator.

Keempat, uap yang keluar dari turbin masuk ke kondensor untuk didinginkan dengan air pendingin, setelah itu diubah kembali menjadi air yang disebut kondensat. Kondensat yang timbul karena berkumpulnya uap kemudian digunakan kembali sebagai air pengisi ketel. Akibatnya alur disini terjadi tiada henti dan lebih dari satu kali secara langsung bergandengan dengan turbin sehingga pada saat turbin berputar energi listrik dialirkan dari terminal hasil generator. ( Anak WT, Muh Mulyadi , dan Moch Sofyan Anas , 2016).

B. Siklus Rankine

Alur Rankine merupakan alur yang mengubah energi panas menjadi energi kerja\pengembangan. Sistem intensitas alur Rankine diberikan dalam aliran tertutup, yang biasanya mencakup air sebagai cairan yang bergerak.

Cairan yang digunakan akan mengalir tanpa henti. Aliran fluida terjadi karena adanya masukan intensitas dari luar dan tentunya akan menyebabkan perubahan tegangan pada aliran tersebut. Rankine empat bagian penting dari struktur Rankine.

Setiap bagian dari kerangka ini memiliki kapasitas yang sangat penting dalam menyelesaikan tugas dengan baik. (Gambar 7 memberikan klarifikasi (Primer, Firman Dyan dkk., 2021)

Gambar 2 . Skema dan Diagram T – S Alur Rankine
Rencana dan Grafik TS Enam bagian alur Rankine diketahui bahwa sebagai berikut:

Pertama, air dihisap dengan siphon sehingga mengalami perpanjangan suhu dan tegangan. Alur ini terjadi dengan cara menyedot air pengisi yang disebut tegangan isentropik.

Kedua, air yang telah dihisap kemudian dibiasakan hingga batasnya. LP Warmer, HP Radiator, dan Economizer semuanya memiliki interaksi ini.

Ketiga, pada tahap ini terjadi proses penyebaran isotermik karena air berubah bentuk menjadi uap jenuh. Alur ini terjadi di tempat yang lebih hangat, khususnya di tabung dinding.

Keempat, uap juga dihangatkan hingga mencapai suhu yang berguna untuk menjadi asap super panas. Langkah ini terjadi pada superheater ketel dengan alur isobarik.

Kelima, steam bekerja dengan tujuan agar tekanan dan suhu menurun. Langkah ini merupakan langkah ekspansi isentropik dan terjadi di dalam turbin.

Keenam, penyebaran daya uap yang lesu sehingga berubah menjadi air kondensat. Langkah ini merupakan isoterm dan terjadi di dalam kondensor. Koneksi ini merupakan alur mendasar yang terjadi ketika air memanas. Alur ini pada dasarnya identik dengan kolaborasi yang terjadi pada evaporator pada unit sumber uap di PLTU. (Ade Murti , Susepto MS).

C. Bahan Bakar

Bahan bakar merupakan suatu bahan yang dapat dibakar sehingga menimbulkan panas (panas). Sistem pembakaran merupakan alur rekayasa antara bahan bakar, udara, dan daya. Sistem pembakaran pada ruang awal pemanasan pada umumnya akan mengubah tingkat air menjadi tingkat asap.

Baca Juga:  Ketua MUI Apresiasi Pelaksanaan Pemilu 2024 yang Lancar, Tertib, dan Damai

Berbagai jenis bahan bakar (seperti bahan bakar cair, padat, dan asap) bergantung pada elemen yang berbeda termasuk harga, ketersediaan, kapasitas, dukungan, pengotoran, dan luas boiler, radiator, dan peralatan pengapian lainnya. Batubara dan cangkang sawit dimanfaatkan sebagai bahan bakar pemanas sumber uap. ( Nugroho, Agung, 2006).

Pengisian daya padat diketahui bahwa energi yang kuat dan sebagian besar merupakan sumber energi listrik. Misalnya kayu dan batu bara.

Daya yang dihasilkan selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk memanaskan air menjadi uap sehingga alat tersebut lebih efisien dan menghasilkan daya.

Bahan bakar cair diketahui bahwa bahan bakar yang bidang kekuatannya tidak utama, bedanya dengan energi padatnya, partikel-partikelnya dibiarkan bergerak. ( Nugroho , Agung , 2006)
Mengingat SPLN no. 80\1989.

Resep Untuk mempertimbangkan pemanfaatan Secara eksplisit diketahui bahwa sebagai berikut:

Seimbangkan Bahan Bakar Eksplisit Pemanfaatan (SFC)
𝑆𝐹𝐶 = 𝑞𝑓 \ 𝑘𝑊ℎ
Di mana:
𝑆𝐹𝐶 = Bahan bakar eksplisit pemanfaatan (kg\kWh)
qf = Jumlah bahan bakar yang digunakan (kg)
𝐾𝑊ℎ = Informasi yang dibuat oleh Generator (kWh)
D. Perhitungan konsumsi bahan bakar, tata tata kalor dan efisiensi termal

Gambar 3 Grafik batas pengukuran
Keterangan:

Qin : Masukkan panas tambahan

kWh B : kiloWatt jam bruto (energi yang dihasilkan oleh terminal generator) Nu

kWh Nu : net kiloWatt hour unit sumber (energi netto yang dihasilkan pada terminal generator\unit sumber)

kWh Ps : kiloWatt jam pengunaan saja

TM : Transformator Mesin (Transformator Generator)

TPS : Trafo Pengunaan Sendiri ( Trafo Bantu Utama )

kWh Np : kiloWatt jam pusat sumber
Berdasarkan SPLN No. 80 Periode 1989, persamaan yang digunakan untuk menentukan penggunaan bahan bakar bersih diketahui bahwa sebagai berikut:

1) Konsumsi bahan bakar spesifik bruto (B SFC )
SFC B =

2) Konsumsi bahan bakar bersih (SFCN)
SFC N =
Di mana :

Qf : Jumlah bahan bakar yang digunakan (dalam liter)
LHV: Menurunkan scor kalor bahan bakar yang digunakan (dalam kJ\kg atau kCal \kg).

HHV: Scor kalor bahan bakar yang digunakan (dalam kJ\kg atau kkal\kg).
kWhB : Jumlah kWh yang dihasilkan oleh generator (dalam kWh).
kWh Ps : Jumlah kWh yang diperlukan untuk pemanfaatan sendiri (dalam kWh).
M f : Berat bahan bakar selama pengujian (dalam kg).

Sedangkan persamaan yang digunakan untuk menghitung laju intensitas diketahui bahwa sebagai berikut:

1) Scor kalor kotor (HRB)
SDM B =

2) Scor kalor bersih (HRN)
HR N =

Dimana: Scor pemanasan unit kotor (HRB) diketahui bahwa jumlah panas bahan bakar yang ditentukan berdasarkan scor pemanasan rendah (LHV) untuk menghasilkan setiap kWh kotor.

Scor pemanasan unit bersih (HRN) diketahui bahwa berapa banyak panas bahan bakar yang ditentukan berdasarkan scor pemanasan yang lebih rendah (LHV) untuk menghasilkan setiap kWh bersih.

Produktivitas pemanas digambarkan oleh kebutuhan air yang mungkin muncul menjadi uap super panas seiring dengan laju aliran energi bahan bakar.

E. Metode Kuadrat Terkecil

Teknik kuadrat terkecil menyatakan bahwa, “Jumlah kuadrat selisih antara scor sebenarnya dan scor yang diputuskan ditambah dengan angka yang discor diketahui bahwa premisnya”.

Prosedur kuadrat terkecil diketahui bahwa suatu sistem untuk mensurvei batasan-batasan struktur, yang membatasi kemampuan untuk mengukur besarnya kesalahan kuadrat pescoran (rule of Least Squares). (Wibowo, Wisnu dkk, 2006)
Strategi kuadrat terkecil digunakan untuk menentukan keadaan desain data yang dipisahkan menjadi dua kasus, yaitu contoh data genap dan contoh data genap.

Keuntungan dari prosedur kuadrat terkecil diketahui bahwa membuat kondisi pengeluaran cerdas berfungsi. Bobot sistem kuadrat terkecil, sekali lagi, diketahui bahwa masalah saat pemrosesan benar-benar digunakan. (Basuki, Cahyo Adi, Agung Nugroho, dan Bambang Winardi, 2008)
Persamaan Teknik Kuadrat Terkecil.

kondisi pola yang Anda cari diketahui bahwa
Y’ = a0 + bx
a = ( kamu) \ n
b = ( Yx) \ x2
Dengan:
Y’ = data periodik (deret waktu) = perkiraan scor tren.
a0 = scor tren periode dasar.
b = pertumbuhan scor tren rata-rata per periode.
x = variabel waktu (hari, minggu, bulan atau periode).
N = Jumlah data
x2=Scor persamaan kuadrat
Scor tertentu untuk variabel waktu (x) diperlukan Untuk Mengerjakan perhitungannya, sehingga scor total variabel waktu diketahui bahwa nol atau x = 0.
ganjil n , n = 2k + 1 X k+1 = 0
a. Jarak antara dua waktu diketahui bahwa satu satuan.
b. Tanda negatif bertekad di atas scor 0
c. Di dalam lebih rendah Ini diketahui bahwa pertanda positif.
kamu untuk n, genap, n = 2k X ½ [k +( k+1)] = 0
a. Jarak antara dua waktu mempunyai scor dua satuan.
b. Tanda negatif bertekad di atas scor 0
c. Di dalam lebih rendah Ini diketahui bahwa pertanda positif.

III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan tempat

1) Waktu
Tugas akhir ini dilaksanakan pada bulan November 2022 sampai dengan Januari 2023 sesuai dengan timeline yang ada pada rencana penelitian.

2) Tempat
Penelitian dilakukan di PLTU Barru Omu, Kabupaten Barru

B. Metode penelitian
Metode yang digunakan diketahui bahwa kuantitatif mengumpulkan informasi dari lapangan dan menganalisis data untuk menarik kesimpulan dari penelitian ini.

C. Tahapan Belajar
Cara Pencipta untuk melakukan pemeriksaan ini diketahui bahwa sebagai berikut:
1) Strategi Perpustakaan
Khususnya mengambil bahan penyusunan ujian ini dari para aset orang dan menuliskan pokok-pokok yang dibicarakan.
2) Tinjauan Metode
Dilakukan kajian dan pengumpulan informasi PLTU Barru Kab.Barru, selanjutnya disertai hasil pembicaraan\penyelidikan dan hasil akhir pemeriksaan.
3) Teknik Diskusi\Wawancara
Ini diketahui bahwa percakapan\wawancara dengan narasumber yang mengetahui materi yang kami potong atau dengan pengelola sumber listrik baru, lokal barru.

D. Teknik pengumpulan data
Prosedur pengumpulan informasi untuk pemeriksaan ini diketahui bahwa:
1) Belajar menulis
Metodologi ini merupakan prosedur yang digunakan dalam penelitian yang berarti melihat bagian-bagian yang diperlukan dalam penelitian yang dapat membantu pembuat dalam estimasi logis seperti penggunaan bahan bakar (SFC).
2) Pengamatan.
Persepsi diketahui bahwa suatu metodologi atau prosedur pengumpulan informasi dengan memperhatikan latihan yang terus-menerus. Teknik ini mengharuskan pengamat untuk bersikap lugas atau tidak langsung terhadap objek penyelidikan.
3) Diskusi
Data ini dikumpulkan melalui pertemuan langsung dengan berbagai sumber yang mengetahui permasalahan seputar pembahasan rekomendasi ini.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum perusahaan Indonesia Power UJP PLTU Barru
PT. Indonesia Power merupakan anak perusahaan perusahaan PLN ( Persero ) yang didirikan pada tanggal 3 Oktober 1995 dengan nama perusahaan PLN Sumberan Jawa Bali I (PT PJB I). Pada tanggal 8 Oktober 2000, perusahaan PJB I berganti nama menjadi Indonesia Power sebagai penegasan atas pengaturan Asosiasi yang berubah menjadi asosiasi masa daya listrik bebas dengan landasan usaha yang tidak ternoda. Sumber Listrik Daya Uap (PLTU) Barru merupakan unit unggulan perusahaan.

Indonesia Power dengan batasan 2×50 MW yaitu sumber listrik yang energi listriknya diperoleh dari generator yang diputar oleh turbin uap yang memanfaatkan tekanan uap yang timbul karena kekurangan air yang dihangatkan oleh bahan bakar di evaporator.

Sumber Listrik Daya Uap (PLTU) Barru sendiri mulai dibangun pada periode 2008, yang secara geologi terletak pada S: 4° 17’872″ dan E: 119° 37’753″ atau tepatnya terletak di Dusun Bawasalo , Kota Lampoko, Daerah Balusu, Barru Rule sekitar 2KM dari jalan Trans Sulawesi Pare – Makassar.

Sekitar 15KM dari pusat kota Barru Rule dan sekitar 110KM dari Kota Makassar Sulawesi Selatan.

Sumber listrik ini dibangun menggunakan batubara berkalori rendah, khususnya LHV: 3800-4100 kkal\kg yang diperkirakan mendekati -+ 564.000 ton batubara setiap periodenya yang diangkut melalui transportasi.

Tongkang\tongkang menuju kawasan sumber listrik melalui dermaga sebagai tempat unik untuk menyimpan dan membuang batubara.

Energi listrik selanjutnya dari PLTU akan dialirkan melalui SUTT (Pesawat Tegangan Tinggi) 150 Kv ke GI ( Gardu Gardu ) 150 Kv sepanjang -+40KM pare dan GI Pangkep 150KV sekitar -+50KM.
Pemilik PLTU Barru diketahui bahwa perusahaan PLN ( Persero ) yang berlokasi di Jl. Trunojoyo Blok M 1\135, Kebayoran Baru , Jakarta 12160, Indonesia. PLTU Barru menggunakan bahan bakar batubara kalori rendah (LHV: 3800-4100 kkal\Kg) yang membutuhkan 564,00 muatan batubara secara konsisten dan dipindahkan dengan tongkang menuju PLTU melalui tanggul sebagai pelabuhan khusus pengumpulan dan pembuangan batubara.

Baca Juga:  Nenek Anti Warga Bone dan Rumah Baru yang Diidamkan

Energi listrik yang disirkulasikan PLTU dialirkan melalui Saluran Tegangan Tinggi Di Atas (SUTT) 150 kV ke Gardu Induk (GI) Esensial (GI) Pare 150 kV sepanjang ±40km dan Gardu Induk Primer 150 kV Pangkep sejauh ±50km.
Seiring dengan semakin berkembangnya minat terhadap energi listrik di negeri ini.

Pihak kedayalistrikan kemudian memberikan metodologi khususnya pemajuan PLTU Barru yang merupakan salah satu program peningkatan kedayalistrikan masyarakat yang bergantung pada proyek peningkatan kecepatan PLTU 10.000 MW, sesuai Peraturan Dinas Urutan 71 Periode 2006 tentang Tugas Kepada perusahaan. Asosiasi Sumber Listrik Negara (PLN) memasukkan batu bara sebagai komponen utama pasokan listrik.

Saat ini sedang dibuat unit lain dengan batas 2 X 100 MW.
B. Hasil penelitian
1) Analisis Pengaruh Harga Tambahan Terhadap Konsumsi Batubara Spesifik (SFC) dan Heat Rate
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh perbandingan dengan model kuadrat terkecil sebagai berikut:

Tabel I

Perbandingan perhitungan SFC dengan pendekatan linear less square (Setiap hari 20 Februari 23 )

Catatan:
SFCB (Konsumsi Bahan Bakar Eksplisit )= Pemanfaatan bahan bakar eksplisit bruto
SFC N (Konsumsi Bahan Bakar Eksplisit ) = Pemanfaatan bahan bakar eksplisit bersih
Least Squar = Strategi pescoran batasan kerangka kerja, yang membatasi kemampuan standar besarnya kuadrat kesalahan estimasi
Blunder MAPE (Mean Outright Rate Mistake) = ukuran kesalahan relatif
Persamaan MAPE = ABS ((Ai-Fi )\Ai) x 100 persen
Penggambaran: Ai = penghargaan informasi nyata
Fi= scor data perkiraan
Dalam tabel tersebut, dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya timbunan atau daya yang dihasilkan oleh generator, maka penggunaan batubara tertentu akan berkurang baik bruto maupun bersih.

Artinya, berapa banyak penggunaan batubara per kWh yang dikonsumsi pada beban yang sebagian besar kecil lebih diprioritaskan dibandingkan pada beban yang cukup besar.

Klarifikasinya, PLTU yang bekerja baik pada beban rendah maupun beban tinggi mempunyai tipikal kWh yang sangat sebanding untuk pemanfaatannya sendiri, yaitu 489,43 kWh untuk menjalankan generator pembantu, misalnya motor siphon (radiator feed siphon, dll. Kemudian kebutuhan listrik kantor seperti penerangan, komputer dan lain-lain. Umumnya, batas penggunaan batubara tertentu berkurang seiring bertambahnya tumpukan. Pada beban rendah, penggunaan batubara tertentu lebih tinggi dibandingkan pada beban tinggi.

Berikutnya diketahui bahwa pescoran terhadap perluasan informasi pemanfaatan eksplisit batubara dari bulan ke bulan, korelasi estimasi dengan model yang paling tidak persegi.

Tabel II

Perbandingan Perhitungan SDM dengan Pendekatan Linear Least Square (Harian 20 Februari 23 )

Kemahiran pemanasan atau alur sebesar 35,5% pada tumpukan 323 MW berarti bahwa kerja yang dihasilkan oleh turbin (W) diketahui bahwa 35,5% dari gaya ekstra (Qin). Secara umum, seberapa besar kemampuan pemanasan bergantung pada tumpukan, semakin tinggi bebannya, semakin besar kecukupannya.

Hal ini umumnya dianggap karena variabel pemanfaatan itu sendiri (kWh PS) seringkali tetap dapat diprediksi, sehingga jika generator ditumpuk lebih tinggi, tingkat hasil dan total keluaran daya akan lebih besar.

Selain itu juga dapat disebabkan oleh kualitas dan derating batubara, yaitu penurunan sebesar 25% karena penataan peralatan penting (boiler, turbin dan generator).

2) Analisis Pengaruh Penambahan Beban Terhadap Laju Aliran Massa Batubara dan Efisiensi Boiler
Kecepatan aliran massa uap super panas di radiator berubah seperti yang diharapkan.

Hal ini mengakibatkan perubahan kecepatan aliran massa batubara yang berubah setiap kali sesuai dengan perubahan ukuran timbunan. Dampak dari peristiwa ini diketahui bahwa efektivitas pemanasan atau efisiensi alur juga berubah setiap saat sesuai dengan perubahan tekanan.

Tabel III

Perbandingan laju aliran massa batubara yang dihitung dengan pendekatan linear kuadrat terkecil ( Harian 20 Februari 23)

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa ukuran dasar batubara yang digunakan mempunyai scor kalor sebesar 4420.99 kCal \kg, sehingga laju aliran massa batubara merupakan yang terbesar yaitu 201,854.42 kg\jam bila dibandingkan dengan yang lain.

3) Perkiraan Harga Penghasil Batubara untuk Beban 350 MW
Tabel merupakan parameter input yang digunakan untuk memudahkan perhitungan dan analisis.

Tabel IV

Parameter masukan untuk beban puncak 350 MW parameter tanda satuan
daya keluaran generator 350 MW
laju aliran massa uap 1158630 kg\jam
uap keluar dari superheater
suhu 539.71 ºc tekanan 159.9 batang
air umpan masuk ke economizer
suhu 273.4 ºc
tekanan 186.9 batang
efisiensi ketel 87.27 %
Dengan menggunakan program tersebut, hasil penghitungan harga pokok batubara per periode (asumsi 1 periode = 320 hari) dapat ditampilkan pada grafik berikut:

ARA. 4 Grafik perhitungan harga penghasil batubara per periodeDalam gambar tersebut terlihat harga penghasil batubara dasar sekitar Rp 30,15 miliar setiap periodenya

Tabel V
Tabel perkiraan Harga Batubara
TIDAK Komposisi batubara Total harga (Rp\Kg)
1 100%MRC 978.11
2 75% MRC, 25% LRC 905.14
3 50% MRC, 50% LRC 832.16
4 25% MRC, 75% LRC 759.18
5 100% LRC 686.2
Persamaan perhitungan harga penghasil per kWh diketahui bahwa sebagai berikut:
Harga Barang = SFC B ( kKal ) x Scor ( Rp \kg)
Misalnya saja dengan sumber listrik puncak sebesar 350 MW, diketahui harga SFC B sebesar 0,58 kg\kWh dan harga batu bara sebesar Rp686,20, sehingga harga penghasil pokok sebesar Rp397.996\kWh.

V PENUTUP

Dari konsekuensi perbincangan mengenai cara paling ideal untuk menentukan kelayakan penggunaan bahan bakar pada PLTU dengan menggunakan prosedur kuadrat terkecil, akhir dari penjajakan ini menunjukkan bahwa pada sebuah Sumber Listrik Daya Uap, semakin tinggi simpanan\daya yang dihasilkan maka semakin tinggi pula simpanan\listrik yang dihasilkan. semakin tinggi penggunaan batubara. perbaikan . Hasil pescoran menunjukkan kesamaan kualitas (HR Gross 2.667,50 kCal \kWh dan kuadrat terkecil 2.667.50 kCal \kWh), (HR Net 2.886 kCal \kWh dan kuadrat terkecil 2.872.81 kCal \kWh) dengan laju aliran massa batubara dari satu bulan ke bulan lainnya yang diketahui bahwa rata-rata 117.939 ton\jam dan pada dasarnya kuadrat 117.939 ton\jam. Jadi daya maksimum yang dihasilkan sebesar 350 MW, harga penyediaan batubara esensial sebesar Rp 397.996 per kWh dan per periode sebesar Rp 30,15 miliar. Misalnya saja dengan sumber listrik puncak sebesar 350 MW, diketahui harga SFC B sebesar 0,58 kg\kWh dan harga batu bara sebesar Rp686,20, sehingga harga penghasil pokok sebesar Rp397.996\kWh.
REFERENSI

[1] Basuki, Cahyo Adi. “Overcurrent Hand-off Security Type CO – 9 on 3 Stage Evaporator Feed Siphon 3A Acceptance Engine Pada PLTU Unit 3 perusahaan. Indonesia Power UBP Semarang, Laporan Kerja Akal Sehat Divisi Perancangan Listrik Perguruan Tinggi Diponegoro, 2007.
[2] Basuki, Cahyo Adi, Agung Nugroho, dan Bambang Winardi. “Pemeriksaan Pemanfaatan Bahan Bakar Pada Sumber Listrik Daya Uap Menggunakan Teknik Kuadrat Terkecil” Makalah Terakhir Cabang Perancangan Listrik Universitas Diponegoro, 2008.
[3] Harjiono, D. “Dasar-dasar Perancangan Termodinamika”, Gramedia, Jakarta, 1985.
[4] Kadir, Abdul. “Era Daya Listrik”, UI-Press, Sekolah Tinggi Indonesia, Jakarta, 1996.
[5] Marno. “Peningkatan Burden Appropriation pada Unit PLTG di PLTGU Tambak Lorok Memanfaatkan Strategi Lagrange Multipier”, Tugas Terakhir Cabang Perancangan Listrik, Perguruan Tinggi Diponegoro, 2001.
[6] Marsudi, Djiteng. “Era Energi Listrik”, Erlangga, Jakarta, 2005.
[7] Nugroho, Agung, “Metode Pengelolaan Pemanfaatan Daya Listrik Dalam Upaya Penghematan Bahan Bakar dan Energi”’ Majalah Transmisi Vol. 11, tidak. 1, hal. 45-51, Perancangan Listrik, Perguruan Tinggi Deponegoro, Juli 2006.
[8] Organisasi Kekuasaan Negara. “Standar Kegiatan Fokus Daya Pembakaran Dalam”, SPLN 80:1989, Desember 1989.
[9] Pratama, Firman Dyan dkk., “Pemanfaatan alur Rankine pada model Sumber Listrik Daya Uap (PLTU) Lurus Sebagai Media Pembelajaran, Distribusi Online Mahasiswa Perancangan Mekanik, Vol.4, No.2, Halaman 2- 10 Agustus 2021.
[10] Putra WT, Muh Mulyadi, dan Moch Sofyan Anas, “Efektifitas Pemanfaatan Minyak Tyni Pada Start Up Evaporator PLTU Pacitan”, Indonesian Mechanical Design Diary Vol. 11, tidak. 1, P: 46-50, April 2016
[11] Susepto MS, Ade Murti.” Sumber Listrik Daya Uap (PLTU), Program Review Perancangan Listrik, Perguruan Tinggi Bengkulu.
[12] Syukran, dan Suryadi, Dedi, “Pescoran Penghematan Harga Fungsional Sumber Listrik dengan Subbing Bahan Bakar”, buku harian perancangan mekanik vol. 9. No 2, hal: 55-66, Oktober 2007.
[13] Wibowo, Wisnu dkk., “Laporan Praktikum Pescoran dan Kerangka Pembuktian yang Dapat Dikenali”, Perguruan Tinggi Diponegoro, 2006.

Pos terkait